Mediafbi.com | Jakarta – Negara-negara Arab, yang sebagian besar beraliran Sunni, terpecah sikapnya terkait pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Israel.
Beberapa negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel tampak mengambil sikap diam, sementara lainnya menunjukkan reaksi yang beragam.
Jakarta – Negara-negara Arab, yang sebagian besar beraliran Sunni, terpecah sikapnya terkait pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Israel.
Beberapa negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel tampak mengambil sikap diam, sementara lainnya menunjukkan reaksi yang beragam.
Reaksi Publik dan Tren Daring di Negara-Negara Arab
Nama Nasrallah menjadi trending di berbagai negara Arab, dengan sebagian masyarakat menunjukkan duka, sementara yang lain mengkritik perannya dalam konflik Suriah. Mufti Agung Oman, Sheikh Ahmed Bin Hamad al-Khalili, menyatakan duka mendalam atas kematian Nasrallah, memuji perannya dalam melawan proyek Zionis selama lebih dari tiga dekade.
Namun, kritik keras datang dari pihak lain, terutama terkait intervensi Hizbullah dalam perang saudara Suriah. Beberapa jurnalis dan figur publik dari Irak dan UEA mengutuk Nasrallah, menudingnya sebagai penyebab jatuhnya banyak korban sipil di Suriah. Penyair Saudi Abdul Latif Al-Sheikh menyebut kegembiraan atas kematian Nasrallah sebagai reaksi alami terhadap kebijakan dan tindakannya selama bertahun-tahun.
Suara Kritis terhadap Perpecahan dan Konflik
Di sisi lain, beberapa suara mencoba menyeimbangkan kritik terhadap Nasrallah dengan kecaman terhadap Israel. Pembawa acara TV Mesir, Lamis Elhadidi, misalnya, menyerukan persatuan di tengah ketegangan dan mengingatkan bahwa perpecahan hanya menguntungkan musuh. Ia mendesak dunia Arab untuk bersatu menghadapi eskalasi Israel yang terus berlanjut di Gaza dan Lebanon.
Reaksi beragam ini mencerminkan ketegangan lama antara aliran Sunni dan Syiah di dunia Arab, yang semakin mencuat setelah kematian Nasrallah.( Jp/Md).