Mediafbi.com | Solo – Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono memastikan, proses transformasi koperasi untuk masuk dalam sektor industri tengah dipersiapkan dan akan terus berjalan. Termasuk, salah satunya di industri pertanian, memastikan tersedianya stok beras dari petani.
“Kementerian Koperasi (Kemenkop) dalam mendukung Asta Cita ke-2 terkait swasembada pangan, di targetkan tahun 2025 Indonesia tak akan impor beras lagi di tahun 2025. Konsekuensinya, maka harus secara cepat dan aktif memobilisasi pengadaan beras dan gabah di dalam negeri,” katanya dalam acara penutupan Musyawarah Nasional (Munas) Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Tahun 2025 di Solo, Jawa Tengah, Kamis (16/1/2025).
Wamenkop Ferry bersyukur, Kemenkop dalam rapat terbatas (ratas) bersama Presiden Prabowo Subianto, mendapat tambahan anggaran untuk membantu koperasi sebesar Rp10 triliun yang akan disalurkan lewat Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM (LPDB-KUMKM).
“LPDB-KUMKM memberikan pembiayaan hanya 100 melalui koperasi, maka bagi para anggota Perpadi yang belum berkoperasi disarankan untuk segera dibentuk koperasi. Agar bantuan kredit hingga alat seperti dryer bisa segera diberikan,” katanya.
Kemenkop dalam program prioritasnya, juga akan merevitalisasi Koperasi Unit Desa (KUD) di daerah-daerah. Mereka juga akan dibantu terkait penyediaan dryer, dalam rangka meningkatkan hasil gabah.
“Kemudian, membantu Bulog agar menyerap gabah dari petani dengan beberapa standardisasi, sehingga petani mendapatkan harga juga yang lebih baik lagi,” ujarnya.
Presiden Prabowo ingin Bulog berperan lebih besar seperti dahulu lagi, untuk itu Bulog diberikan kewajiban untuk menyerap gabah dan beras dari petani langsung.
Dukungan lain juga diwujudkan melalui skema penyaluran pupuk yang akan permudah melalui Peraturan Presiden (Perpres) yang akan segera diterbitkan.
“Saat ini kami memiliki data ada sekitar 6.000 Gapoktan berbadan usaha koperasi yang akan dilibatkan untuk menyalurkan pupuk. Sebelumnya terlalu banyak rantai, sehingga petani tak dapat pupuk dalam tepat jumlah dan tepat sasaran,” ungkap Ferry.
Adanya penyaluran pupuk yang terukur dan melibatkan Gapoktan, hasil produksi gabah dan beras juga menjadi lebih mudah tercatat. “Jadinya, jelas jumlahnya. Sehingga tak sebentar-sebentar Pemerintah impor,” ucapnya.
Untuk itu, Wamenkop Ferry sangat mengharapkan dukungan dari berbagai pihak agar ekosistem bantuan alat mesin hingga pupuk bisa berjalan lancar semaksimal mungkin.
“Dengan begitu, Insya Allah kita akan punya gabah dan beras stok dalam negeri sendiri, hingga terwujudlah yang namanya swasembada pangan. Bahkan ke depan, bukan hanya di produk beras, tetapi juga di bahan pangan lainnya,” harap Ferry.(jp).